Sabtu, 21 Maret 2015

Kalau membahas tentang suku, saya terlahir dari suku Jawa. Terutama dari suku Jawa Tengah. Menurut wikipedia, suku Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Setidaknya 41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa.  Selain di ketiga provinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim di Lampung, Jakarta, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Banten dan Kalimantan Timur. Di Jawa Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti Suku Osing, Orang Samin, Suku Tengger, dan lain-lain. Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di negara Suriname, Amerika Selatan karena pada masa kolonial Belanda suku ini dibawa ke sana sebagai pekerja dan kini suku Jawa di sana dikenal sebagai Jawa Suriname.

Kebiasaan suku Jawa tidak lepas dari adat istiadat yang berlaku, seperti  :


Pernikahan
Orang Jawa khususnya Solo, yang repot dalam perkawinan adalah pihak perempuan, sedangkan pihak laki-laki hanya memberikan sejumlah uang guna membantu pengeluaran yang dikeluarkan pihak perempuan, di luar terkadang ada pemberian sejumlah perhiasan, perabot rumah maupun rumahnya sendiri. Selain itu saat acara ngunduh (acara setelah perkawinan dimana yang membuat acara pihak laki-laki untuk memboyong isteri ke rumahnya), biaya dan pelaksana adalah pihak laki-laki, walau biasanya sederhana.
Dalam perkawinan harus dicari hari "baik", maka perlu dimintakan pertimbangan dari ahli hitungan hari "baik" berdasarkan patokan Primbon Jawa. Setelah diketemukan hari baiknya, maka sebulan sebelum akad nikah, secara fisik calon pengantin perempuan disiapkan untuk menjalani hidup perkawinan, dengan diurut dan diberi jamu oleh ahlinya. Ini dikenal dengan istilah diulik, yaitu mulai dengan pengurutan perut untuk menempatkan rahim dalam posisi tepat agar dalam persetubuhan pertama dapat diperoleh keturunan, sampai dengan minum jamu Jawa yang akan membikin tubuh ideal dan singset.
Selanjutnya dilakukan upacara pasang tarub (erat hubungannya dengan takhayul) dan biasanya di rumah sendiri (kebiasaan di gedung baru mulai tahun 50-an), dari bahan bambu serta gedek/bilik dan atap rumbia yang di masa sekarang diganti tiang kayu atau besi dan kain terpal. Dahulu pasang tarub dikerjakan secara gotong-royong, tidak seperti sekarang. Dan lagi pula karena perkawinan ada di gedung, maka pasang tarub hanya sebagai simbolis berupa anyaman daun kelapa yang disisipkan dibawah genting. Dalam upacara pasang tarub yang terpenting adalah sesaji. Sebelum pasang tarub harus diadakan kenduri untuk sejumlah orang yang ganjil hitungannya (3 - 9 orang). Do’a oleh Pak Kaum dimaksudkan agar hajat di rumah ini selamat, yang bersamaan dengan ini ditaburkan pula kembang setaman, bunga rampai di empat penjuru halaman rumah, kamar mandi, dapur dan pendaringan (tempat menyimpan beras), serta di perempatan dan jembatan paling dekat dengan rumah. Diletakkan pula sesaji satu ekor ayam panggang di atas genting rumah. Bersamaan itu pula rumah dihiasi janur, di depan pintu masuk di pasang batang-batang tebu, daun alang-alang dan opo-opo, daun beringin dan lain-lainnya, yang bermakna agar tidak terjadi masalah sewaktu acara berlangsung. Di kiri kanan pintu digantungkan buah kelapa dan disandarkan pohon pisang raja lengkap dengan tandannya, perlambang status raja.
Siraman (pemandian) dilakukan sehari sebelum akad nikah, dilakukan oleh Ibu-ibu yang sudah berumur serta sudah mantu dan atau lebih bagus lagi jika sudah sukses dalam hidup, disiramkan dari atas kepala si calon pengantin dengan air bunga seraya ucapan "semoga selamat di dalam hidupnya". Seusai upacara siraman, makan bersama berupa nasi dengan sayur tumpang (rebusan sayur taoge serta irisan kol dan kacang panjang yang disiram bumbu terbuat dari tempe dan tempe busuk yang dihancurkan hingga jadi saus serta diberi santan, salam, laos serta daun jeruk purut yang dicampuri irisan pete dan krupuk kulit), dengan pelengkap sosis dan krupuk udang.
Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yang terkadang saat ini dijadikan satu dengan upacara temu. Pada malam midodareni sanak saudara dan para tetangga dekat datang sambil bercakap-cakap dan main kartu sampai hampir tengah malam, dengan sajian nasi liwet (nasi gurih karena campuran santan, opor ayam, sambel goreng, lalab timun dan kerupuk).
Upacara akad nikah, harus sesuai sangat (waktu/saat yang baik yang telah dihitung berdasarkan Primbon Jawa) dan Ibu-Ibu kedua calon pengantin tidak memakai subang/giwang (untuk memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan dengan peristiwa ngentasake/mengawinkan anak, yang sekarang jarang diindahkan yang mungkin karena malu). Biasanya acara di pagi hari, sehingga harus disediakan kopi susu dan sepotong kue serta nasi lodopindang (nasi lodeh dengan potongan kol, wortel, buncis, seledri dan kapri bercampur brongkos berupa bumbu rawon tapi pakai santan) yang dilengkapi krupuk kulit dan sosis. Disaat sedang sarapan, Penghulu beserta stafnya datang, ikut sarapan dan setelah selesai langsung dilakukan upacara akad nikah.
Walau akad nikah adalah sah secara hukum, tetapi dalam kenyataannya masih banyak perhatian orang terpusat pada upacara temu, yang terkadang menganggap sebagai bagian terpenting dari perayaan perkawinan. Padahal sebetulnya peristiwa terpenting bagi calon pengantin adalah saat pemasangan cincin kawin, yang setelah itu Penghulu menyatakan bahwa mereka sah sebagai suami-isteri. Temu adalah upacara adat dan bisa berbeda walau tak seberapa besar untuk setiap daerah tertentu, misalnya gaya Solo dan gaya Yogya.
Misalnya dalam gaya Solo, di hari "H"nya, di sore hari. Tamu yang datang paling awal biasanya sanak-saudara dekat, agar jika tuan rumah kerepotan bisa dibantu. Lalu tamu-tamu lainnya, yang putri langsung duduk bersila di krobongan, dengan lantai permadani dan tumpukan bantal-bantal (biasanya bagi keluarga mampu), sedang yang laki-laki duduk di kursi yang tersusun berjajar di Pendopo (sekarang ini laki-laki dan perempuan bercampur di Pendopo semuanya). Para penabuh gamelan tanpa berhenti memainkan gending Kebogiro, yang sekitar 15 (lima belas) menit menjelang kedatangan pengantin laki-laki dimainkan gending Monggang. Tapi saat pengantin beserta pengiring sudah memasuki halaman rumah/gedung, gending berhenti, dan para tamu biasanya tahu bahwa pengantin datang. Lalu tiba di pendopo, ia disambut dan dituntun/digandeng dan diiringi para orang-tua masih sejawat orang tuanya yang terpilih
Sementara itu, pengantin perempuan yang sebelumnya sudah dirias dukun nganten (rambut digelung dengan gelungan pasangan, dahi dan alis di kerik rambutnya, dsb.nya) untuk akad nikah, dirias selengkapnya lagi di dalam kamar rias. Lalu setelah siap, ia dituntun/digandeng ke pendopo oleh dua orang Ibu yang sudah punya anak dan pernah mantu, ditemukan dengan pengantin laki-laki (waktu diatur yaitu saat pengantin pria tiba di rumah/gedung, pengantin perempuan pun juga sudah siap keluar dari kamar rias), dengan iringan gending Kodokngorek. Sedangkan pengantin laki-laki dituntun ke arah krobongan.
Ketika mereka sudah berjarak sekitar 2 (dua) meter, mereka saling melempar dengan daun sirih yang dilipat dan diikat dengan benang, yang siapa saja melempar lebih kena ke tubuh diartikan bahwa dalam hidup perkawinannya akan menang selalu. Lalu yang laki-laki mendekati si wanita yang berdiri di sisi sebuah baskom isi air bercampur bunga. Di depan baskom di lantai terletak telur ayam, yang harus diinjak si laki-laki sampai pecah, dan setelah itu kakinya dibasuh dengan air bunga oleh si wanita sambil berjongkok. Kemudian mereka berjajar, segera Ibu si wanita menyelimutkan slindur/selendang yang dibawanya ke pundak kedua pengantin sambil berucap: Anakku siji saiki dadi loro (anakku satu sekarang menjadi dua). Selanjutnya mereka dituntun ke krobongan, dimana ayah dari pengantin perempuan menanti sambil duduk bersila, duduk di pangkuan sang ayah sambil ditanya isterinya: Abot endi Pak ? (berat mana Pak ?), yang dijawab sang suami: Pada dene (sama saja). Selesai tanya jawab, mereka berdiri, si laki-laki duduk sebelah kanan dan si perempuan sebelah kiri, dimana si dukun pengantin membawa masuk sehelai tikar kecil berisi harta (emas, intan, berlian) dan uang pemberian pengantin laki-laki yang dituangkan ke tangan pengantin perempuan yang telah memegang saputangan terbuka, dan disaksikan oleh para tamu secara terbuka. Inilah yang disebut kacar-kucur.
Guna lambang kerukunan di dalam hidup, dilakukan suap-menyuap makanan antara pengantin. Bersamaan dengan ini, makanan untuk tamu diedarkan (sekarang dengan cara prasmanan) berurutan satu persatu oleh pelayan. Setelah itu, dilakukan acara ngabekten (melakukan sembah) kepada orang tua pengantin perempuan dan tilik nganten (kehadiran orang tua laki-laki ke rumah/gedung setelah acara temu selesai yang langsung duduk dikrobongan dan disembah kedua pengantin).
Lalu setelah itu dilakukan kata sambutan ucapan terima kasih kepada para tamu dan mohon do’a restu, yang kemudian dilanjutkan dengan acara hiburan berupa suara gending-gending dari gamelan, misalnya gending ladrang wahana, lalu tayuban bagi jamannya yang senang acara itu, dsb.nya. 

Membahas tentang makanan khas suku Jawa tidak akan terlepas dengan rasa manis. Bisa dirasakan pada makan khas suku Jawa yaitu Gudeg yang berbahan utama nangka muda.

Image result for gudeg
GUDEG
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Jawa

Selasa, 17 Maret 2015


A.    ISD Sebagai Salah Satu MKDU

1.      Pengertian ISD ( Ilmu Sosial Dasar)
ISD atau Ilmu Sosial Dasar adalah Ilmu yang mempelajari masalah-masalah sosial, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan Teori-teori (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial (seperti Geografi Sosial, Sosiologi, Antropologi Sosial, Ilmu Politik, Ekonomi, Psikologi Sosial dan Sejarah).

2.      Tujuan ISD (Ilmu Sosial Dasar)
·         Memahami dan menyadari adanya masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat.
·         Warga Indonesia memiliki sikap dan tingkah laku yang baik dalam masyarakat agar tidak terjadi keributan ataupun kericuhan.
·         Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha mencegah dan menanggulanginya.

3.      Perbedaan dan persamaan ISD dan IPS
Ilmu sosial dasar dan ilmu pengetahuan sosial mempunyai hubungan yang kuat satu sama lain,tetapi juga mempunyai persamaan dan perbedaan satu sama lain.
Persamaan:
·         Kedua-duanya merupakan bahan studi untuk kepentingan program pendidikan/pengajaran.
·         Keduanya bukan disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
·         Keduanya mempunyai materi yang terdiri dari kenyataan sosial dan masalah sosial.
Perbedaan :
·         Ilmu Sosial Dasar diberikan di Perguruan Tinggi, sedang Ilmu Pengetahuan Sosial diberikan di Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan.
·         Ilmu Sosial Dasar merupakan satu matakuliah tunggal, sedang Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan kelompok dari sejumlah mata pelajaran (untuk sekolah lanjutan).
·         Ilmu Sosial Dasar diarahkan kepada pembentukan sikap dan kepribadian, sedang Ilmu Pengetahuan Sosial diarahkan kepada pembentukan pengetahuan dan ketrampilan intelektual.

4.      Ruang Lingkup ISD
ISD meliputi dua kelompok utama; studi manusia dan masyarakat dan studi lembaga- lembaga sosial. Yg terutama terdiri atas psikologi, sosiologi, dan antropologi, sedang yg kemudian terdiri atas ekonomi dan politik.
Ada 3 golongan bahan pembelajaran ISD antara lain :
·         Kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat. Meliputi, latar belakang disiplin ilmu atau pandangannya.
·         Konsep-konsep sosial atau pengertian-pengertian tentang kenyataan sosial dibatasi pada konsep dasar yang sangat diperlukan untuk mempelajari masalah yang dibahas dalam ilmu pengetahuan sosial.
·         Membahas masalah-masalah sosial yang timbul dalam masyarakat.
B.     Manusia dan Kebudayaan
1.      Unsur-unsur yang Membangun Manusia
Ada dua pandangan yang dapat dijadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia :
Manusia terdiri dari 4 unsur yang saling terkait yaitu :
·         Jasad              : Badan kasar manusia yang tampak dari luar, dapat diraba dan
  menempati ruang
·         Hayat              : Mengandung unsur hidup yang ditandai gerak
·         Ruh                 : Bimbingan tuhan yang bekerja secara spiritual yang memahami
  kebenaran
·         Nafas              : Kesadaran tentang diri sendiri
Manusia sebagai suatu kepribadian memiliki 4 unsur, yaitu :
·         Id                    : Merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling
  tidak tampak. Merupakan libido murni, atau energy psikis yang
  menunjukkan ciri alami yang irrasional
·         Ego                 : Bagian yang pertama kali dibedakan dengan ID,  disebut
  kepribadian eksekutif karena peranannya dalam menghubungkan
  energy Id ke dalam saluran social yang dapat dimengerti orang
  lain
·         Super Ego      : Kepribadian yang muncul paling akhir sekitar usia 5 tahun. Super
  ego terbentuk dari lingkungan ekternal. Super ego merupakan
  kesatuan standar moral yang diterima ego dari sejumlah agen
  yang mempunyai otoritas dalam lingkungan luar diri

2.      Hakekat Manusia
Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh. Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi. Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.

Makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna jika dibandingkan makhluk lainnya, misalnya:
·         Perasaan Intelektual
·         Perasaan Estetis
·         Perasaan Etis
·         Perasaan Diri
·         Perasaan Sosial
·         Perasaan Religius

3.      Kebiasaan Bangsa Timur

Kebiasaan bangsa timur dapat diartikan suatu sikap yang dimiliki oleh suatu negara yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Kebiasaan bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai sifat toleransi yang tinggi. Kebiasaan bangsa timur, kita tinggal di Indonesia termasuk ke dalam bangsa timur, dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian baik. Di dunia bangsa timur dikenal sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat.

4.      Definisi Kebudayaan
·         Menurut E.B. Taylor (1871); Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat;
·         Menurut Koentjaraningrat, Kebudayaan adalah keselurahan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil pekertinya;
·         Menurut A.L. Krober dan C. Kluckhon; Mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
·         Menurut C.A. Van Peursen mengatakan bahwa dewasa ini kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap kelompok orang-orang yang berlainan dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja ditengah alam, melainkanselalu mengubah alam;
·         Krober dan Kluckhon mendefinisikan kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yangdiperoleh dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk di dalamnya perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi dan cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.

5.      Wujud Kebudayaan

Dimensi wujud kebudayaan ada 3, yaitu :
·         Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia;
·         Kompleks aktivitas;
·         Wujud sebagai benda.



6.      Orientasi Nilai Budaya
Menurut C. Kluckhon ( variations in value orientation tahun 1961) terdapat 5 masalah pokok kehidupan manusia, yaitu :
·         Hakekat hidup manusia
·         Hakekat karya manusia
·         Hakekat waktu manusia
·         Hakekat alam manusia
·         Hakekat hubungan manusia

7.      Perubahan Kebudayaan
Disebabkan oleh :
·         Sebab- sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri misalnya : perubahan jumlah dan komposisi penduduk
·         Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup

8.      Kaitan Manusia dan Kebudayaan

Proses dialektis tercipta melalui 3 tahap, yaitu :
·         Eksternalisasi, proses manusia dengan dirinya
·         Obyektivasi, kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia
·         Internalisasi, proses manusia dengan masyarakatnya sendiri


C.    Konsep Ilmu Budaya Dasar dalam Kesustraraan
1.      Pendekatan Kesustraan
Ilmu Budaya Dasar pada kali ini berkaitan dengan budaya yang ada dalam keseharian dan budaya bangsa. Ada istilah Humanities yang berasal dari bahasa latin yaitu, manusiawi, berbudaya, dan halus.Hal ini tentunya sangat baik jika kita pelajar, karna kita akanmendapatkan ciri dari manusia yang baik dalam bermasyarakat.Istilah Humanities berkaitan dengan cabang-cabang ilmu lainnyaseperti filsafat, teologi, seni, dan cabang-cabangnya termasuksatra, sejarah, cerita rakyat, dsb. Dari semua itu intinya adalahmempelajari masalah manusia dan kebudayaan. Sastra adalah karya, sama posisinya seperti karya-karya yang lain, seperti Cerpen, Puisi, lukisan, patung, Musik, Seni peran, dan apa saja yang merupakan hasil dari proses penciptaan. Sastra adalah sebuah karya yang diawali dengan kejujuran, diisi dengan kesungguhan hati dan diakhiri dengan kerelaan. Sastra juga dapat didefinisikan sebagai cinta pada ciptaan Tuhan. Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreasifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari kebebasan berekspresi, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat suatu medium, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Seni merupakan suatu kebebasan.
2.      Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan dengan Prosa
Prosa adalah cerita rekaan dan diartikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pameran,lakuan,peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Dalam kesusastraan kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
·         Prosa lama meliputi :
ü  Dongeng adalah Cerita yang tidak benar-benar terjadi.
ü  Hikayat adalah Cerita yang sulit diterima akal,merupakan cerita rekaan, namun memiliki Pesan dan amanat bagi pembacanya.
ü  Sejarah adalah Kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal-usul
·         Prosa baru Meliputi :
ü  Kisah adalah Satuan naratif yang seringkali dibedakan dari cerita.
ü  Cerpen adalah Suatu bentuk prosa naratif fiktif, cenderung padat dan langsung pada tujuannya,
ü  Novel adalah Karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya berbentuk cerita.
ü  Biografi adalah Kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang.
ü  Otobiografi adalah Biografi yang ditulis oleh subyeknya.
3.      Nilai – Nilai dalam Prosa Fiksi
Prosa fiksi dalah prosa yang mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra, nilai-nilai prosa fiksi diantaranya adalah :
·         Memberikan wawasan, karena yang diperoleh pembaca adalah pengetahuan tentang nilai – nilai prosa fiksi.
·         Memberikan inforrmasi, karena yang di peroleh pembaca bukan hanya wawasan tapi juga informasi yang banyak dari berbagai tokoh prosa fiksi di dunia.
·         Memberikan kesenangan, selain memberikan wawasan dan informasi juga dapat memberikan kesenangan pembaca yang di selilingi dengan sejarah – sejarah zaman dahulu kala.
·         Memberikan warisan, dapat di berikan kepada cucu – cucu kita untuk bekal mereka nanti dalam memdalami prosa fiksi tersebut.

4.      Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan dengan Puisi
Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenal kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang artistic/esthetic, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata – katanya. Kreativitas penyair dalam membangun puisinya yang meliputi sebagai berikut :

·         Figura bahasa adalah perkataan yang merujuk kepada model-model aksi watak-watak.
·         Kata – kata yang bermakna ganda adalah kalimat yang mengandung 2 makna. 
Contoh : Sumbangan kedua sekolah itu telah kami terima.
pertama. ada dua kali sumbangan yang diberikan oleh sekolah itu; atau
kedua. ada dua sekolah yang menyumbang.
·         Kata – kata berjiwa adalah kalimat yang memiliki suatu kehidupan yang membangkitkan semangat pembaca. Contoh : "Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan (Robert F. Kennedy)"
·         Kata – kata yang sudah diberi nilai-nilai, rasa, dan asosiasi-asosiasi tertentu adalah kata –kata konotatif.

 Sumber :

nuri.staff.gunadarma.ac.id/.../bab3-konsepsi_ilmu_budaya_dasar_dalam_kesustraan.pdf
nuri.staff.gunadarma.ac.id/.../bab2-manusia_dan_kebudayaan.pdf
http://zha-restyanie.blogspot.com/2013/03/pendekatan-kesusastraan.html